Selasa, 24 Mei 2011

Potensi Gempabumi di Segmen Mentawai

Menurut parah ahli seismologi dan geologi, daerah di Indonesia yang sedang menyimpan potensi besar terjadinya gempabumi adalah daerah Mentawai. Hal ini dilihat dari historis gempabumi dimulai dari gempabumi Aceh 2004, kemudian diikuti dengan gempabumi Simeulue, Nias, Siberut, kemudian gempabumi yang semula diperkirakan akibat patahnya segmen Mentawai yaitu gempabumi Pagai Selatan, namun sebenarnya gempabumi ini disebabkan oleh patahnya segmen selatan Mentawai, sehingga segmen Mentawai sebenarnya masih menyimpan potensi gempabumi.


seismic gap



Dari list gempabumi terkini yang dirilis BMKG terlihat adanya "seismic gap" atau absensi gempabumi di sekitar segmen Mentawai yang menunjukan adanya akumulasi energi yang sampai saat ini belum terlepas. Jika akumulasi energi ini terjadi dalam waktu yang lebih lama, akan berpotensi menghasilkan gempabumi yang lebih besar.

Seperti diibaratkan seorang dokter yg dapat memvonis seorang pasien yang terkena kanker stadium akhir bahwa dia tidak mungkin diselamatkan lagi, namun dokter tersebut tidak dapat memprediksi secara pasti kapan pasien tersebut akan meninggal dunia. Demikian juga dengan gempabumi di suatu daerah yang hanya dapat dilihat potensi terjadinya dengan melihat historis data dan keadaan tektoniknya, namun tidak dapat diprediksi secara akurat kapan waktu terjadi dan kekuatan gempanya.

Sejauh ini belum ada manusia atau teknologi yang dapat mengendalikan alam, dan bencana alam itu tidak dapat dihindari. Yang diperlukan hanyalah kesiapan menghadapi bencana tersebut dengan kewaspadaan dan kearifan lokal untuk meminimalisir dampak dari bencana tersebut.
Selengkapnya...

Rabu, 18 Mei 2011

Studi Tsunami Yaeyama 24 April 1771

“24 April 1771 Gempabumi dan Tsunami Yaeyama, Okinawa, Jepang”

Tsunami ini terjadi di gugusan kepulauan Ryukyu, Jepang setelah gempabumi berkekuatan 7,4. Gempabumi ini diyakini tidak secara langsung menyebabkan kematian apapun, namun tsunami yang diperkirakan setinggi 30–85.4 meter (www.newworldencyclopedia.org) menenggelamkan belasan ribu orang. Tercatat 13.486 jiwa tewas dengan jumlah kerusakan rumah mencapai 3.237 unit. Tsunami Yaeyama ini menghentikan pertumbuhan populasi di beberapa pulau karena diikuti dengan wabah malaria dan gagal panen yang menyebabkan penurunkan populasi lebih jauh lagi dan diperkirakan akan diperlukan 148 tahun sebelum populasi kembali ke level sebelum terjadi tsunami. (en.wikipedia.org/wiki/Historic_tsunamis)” 


Tsunami Yaeyama 1771 yang juga disebut The Great Tsunami of Meiwa (明和の大津波) disebabkan oleh gempabumi besar Yaeyama pada 24 April 1771 sekitar pukul 08.00 A.M tenggara Pulau Ishigaki, Okinawa Jepang. Menurut salah satu sumber 8.439 dilaporkan tewas di Pulau Ishigaki dan 2.548 di pulau Miyakojima.
Selengkapnya...

Isu Gempabumi Jakarta

Menanggapi berita yang mengisukan akan terjadinya gempabumi tektonik berkekuatan 8.7 di Jakarta, sebagai salah satu taruna yang mempelajari ilmu Geofisika di Akademi Meteorologi dan Geofisika hanya ingin berbagi sedikit info mengenai pengetahuan yang saya miliki.

Pertama, sampai saat ini belum ada teknologi ilmiah di dunia yang dapat memprediksi gempabumi tektonik secara tepat, dikarenakan keadaan heterogen Bumi dan ketidakmungkinan pengukuran secara langsung di zona stress. Keadaan ini membatasi kemampuan manusia untuk menghitung akumulasi energi yang terjadi di daerah subduksi lempeng secara pasti dan kemampuan batuan untuk menahan energi tersebut (daya elastisitas) serta berbagai faktor sekunder lainnya. Kompresi pada suatu daerah hingga melewati batas elastisitas inilah yang akhirnya melepaskan energi yang dikenal sebagai gempabumi tektonik.


Peta Seismisitas Indonesia 1973-2004

Mengacu pada peta seismisitas Indonesia, periode 1973-2004 yang dirilis BMKG dan BAKOSURTANAL maupun peta seismitas dari USGS, daerah Jakarta termasuk daerah yang cukup aman dari gempabumi jika dilihat dari segi lokasi, karena berada cukup jauh dari histori epicenter gempabumi di pulau Jawa yang sebagian besar gempanya berpusat di selatan Jawa (zona megathrust pertemuan lempeng Eurasia dan Indo-Australia).

Namun belajar dari gempabumi Mexico 19 September 1985, jarak epicenter bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi dampak gempabumi. Faktor utama yang mempengaruhi dampak gempabumi adalah nilai percepatan tanah maksimum dan ketahanan bangunan terhadap gempabumi di daerah tersebut. Pendirian bangunan dengan memperhatikan peta resiko gempabumi diharapkan dapat meminimalkan dampak gempabumi yang mungkin terjadi.


Selengkapnya...